Friday, March 14, 2014

hitsuke.blogspot.com

Single Happy at 30

Banyak diantara kita yang masih single di usia 30th. Eits... bukan berarti usiaku juga 30th lhoo. Ketika artiel ini ditulis usia saya belum mencapai 30th, tapi saya ingin memberikan beberapa alasan kepada mereka yang selalu mencemaskan 'usia' dan 'single'. Sebenarnya tidak ada yang perlu dicemaskan karena Single itu Pilihan bukan Takdir.  Mending single daripada punya pacar isinya galau terus. Single juga merupakan salah satu cara Tuhan untuk menunjukkan bahwa pacaran bukan hal yang dianjurkan. Mungkin memang belum waktunya saja bertemu dengan prince charming. Lebih baik memilih yang tepat daripada terburu-buru dan berujung putus. Biar saja dikatakan terlalu pemilih. Sudah seharusnya memang memilih, karena pernikahan itu buka untuk sehari dua hari, setahun dua tahun tapi selamanya sampai ke surga.

Nah.... apa saja yang bisa buat kita tetap Happy meskipun Single? 20 hal dibawah ini pasti membuat Anda setelah membacanya tersenyum dan manggut-mangut :)

1. Kesempatan kita bertemu dengan the right one memang belum ada. Bukannya pilah-pilih untu mencari yang sempurna tapi setidaknya kita juga harus mendapatkan pria yang sreg dihati. Lebih baik single darpada buang-buang waktu untuk pacaran dengan pria yang nggak jelas.
2. Single bukan berarti Nggak Laku. Bukan berarti tidak ada pria yang mau sama kita. Mungkin banyak pria yang menginginkan kita tanpa kita sadari. Tapi kalau tidak cocok atau tidak ada chemistry bahasa kerennya, apa ya harus dipaksakan??? Kita juga brhak mendapatkan pria yang sesuai dengan standart kita donk.
3. Ketika single kita bisa melakukan apapun yang kita mau. Kita bisa shopping, nonton, body message bahkan tidur seharian dijamin nggak ada yang protes selain orang tua kita :)
4. Single adalah saat yang tepat untuk flirting alias tebar pesona dengan pria idaman kita.
5. Bayangkan, berapa banyak waktu yang bisa kita gunakan bersama sahabat. Kita bisa liburan kemanapun atau nge-mall berapa lamapun.
6. Ketika single, kita bebas dari 'kewajiban laportiap tiga jam sekali. Bebas tidur lebih cepat karena tidak perlu menunggu telepon dari si dia.
7. Tidak ada yang melarang soal selera berpakaian kita. Mau pake kaos oblong, mau tidak mandi seharian, mau seminggu tidak ganti baju, kalo ini jorok kali yee :)
8. Single adalah saat untuk menikmati keegoisan kita. Karena ketika kita punya pasangan biasanya kita harus siap berbagi. Berbagi makanan, berbagi uang bensin :p
9. Saat kita single, kita bebas melakukan apapun. Bebas berteman dengan siapapun, berteman dengan pak ustad, anak band, pak polisi, motivator, club geng motor sampai preman sekalipun.  Kita bebas bekerja di luar kota atau di pedalaman sekalipun. Kita bebas traveling seorang diripun tidak jadi masalah. Selama kita bisa menjaga diri why not?
10. Single berarti tidak perlu ada kencan rutin, kado anniversary, kado valentine, jadi... kita bisa menyimpan 30% lebih banyak unag untuk ditabung.
11. Pria ternyata butuh bantuan kita, In Everything. Mulai dari memilihkan baju sampai membuat materi presentasinya. Single setidaknya kita lebih santai tanpa 'tanggungan'
12. Kebiasaan lain yang nggak berguna saat kita punya pasangan adalah buang-buang energi. Kita sering cemburu, ngambek dan marah dengan alasan sepele. Single lebih membuat kita hemat energi dan lebih bisa mengontrol emosi.
13. Pria biasanya malas menghadiri acara keluarga, apalagi keluarga pacar. Sudah jelas kita bakal sering absen (pengalaman pribadi) dari acara keluarga saat punya pacar, karena permintaan pacar.
14. Mungkin orang tua kita sudah menikah di usia awal 20 tapi zaman kan sudah berubah. Usia 20an saatnya untuk menikmati hidup, travelling keliling dunia dan mengejar karier. Urusan pendamping masih bisa menunggu saat semua itu sudah terealisasi di usia 30an.
15. Banyak pernikahan yang berujung pada perceraian. Tapi kita tidak perlu takut atau trauma. Saat kita Single, kita punya banyak waktu untuk menyeleksi pria mana yang pantas untuk bersanding dengan kita dan pria mana yang hanya memanfaatkan kita.
16. Banyak wanita mungkin takut sulit memiliki anak jika menikah di atas usia 30. Faktanya tidak begitu. Kita masih bisa kok bereproduksi di usia 30 bahkan 40 tahun.
17. Dengan waktu single yang panjang sehararusnya kita bisa lebih banyak belajar untuk menjadi partner yang baik saat berkomitment nanti. Bisa belajar dari pengalaman orang lain, atau dari pengalaman kita sebelumnya.
18. Setiap wanita pasti ingin memakai cincin. Tapi untuk memiliki cincin yang indah tidak perlu menunggu dilamar atau bertunangan. Kita tinggal menjadi wanita mandiri dan sukses berkarier untuk mendapatkannya.
19. Saat kita memutuskan menikah berarti kita harus siap bersama si dia untuk selamanya. Itu bukanlah waktu yang sebentar. dan sangat wajar jika kita membutuhkan waktu cukup lama untuk menemukan pasangan yang benar-benar tepat sekaligus meyakinkan diri sendiri.
20. Tenang saja, kita bukan satu-satunya wanita yang single di usia 30an. Masih banyak diluar sana yang diantaranya memiliki wajah cantik dengan segala kelebihannya. Kita kan tidak berjalan dengan label "single" di dahi, so, jangan khawatir terhadap pandangan orang.




Saturday, March 1, 2014

hitsuke.blogspot.com

"Kenapa Harus Jadi Pegawai Negeri?"


Alkisah ada seorang Ayah sedang pusing tidak kepalang. Bagaimana tidak, anak laki-lakinya yang sulung yang menjadi tumpuan cita-citanya menolak untuk jadi pengusaha. Anaknya bersikeras ingin jadi pegawai negeri. Alasannya sederhana menjadi pengusaha penuh resiko dan melelahkan, sementara jadi pegawai negeri kerjanya santai, uangnya pasti (meski tidak kerja serius dan sering bolospun gaji tidak berkurang), terus waktu tua dapat jaminan.

Bapaknya marah besar dengan alasan tersebut.

"Bapak ini pegawai negeri tapi bapak tidak bekerja dengan alasan seperti kamu.", demikian suara keras sang Ayah.

"Bapak mengabdikan diri pada negeri ini meski bapak sering merasa asing di negeri sendiri...Bapak sering merasa tolol diantara para pemeras rakyat yang sah dimata hukum. Jadi pengusaha itu lebih mulya, kamu bisa membantu memberi nafkah orang lain...". Bentak bapak.

Si anak diam tidak menjawab dalam ketakutannya.

Karena dimarahi bapaknya, si anak kabur dari rumah.
Seminggu tidak ditemukan. Bapak masygul mencari anaknya kesana kemari. Di minggu kedua nenek si anak telepon bahwa cucunya baik-baik saja ada di rumah neneknya.
Mendengar kabar tersebut, bapak langsung datang ke rumah ibunya. Setelah bertemu anaknya terjadilah dialog dari hati kehati antara bapak dan anak.

“Mengapa kamu bersikeras ingin jadi pegawai negeri, nak?”

“Di negeri ini jadi pengusaha susah, Pak, banyak birokrasi, mendingan saya jadi birokratnya aja... Hidup lebih enak demikian”

“Kalau kamu memang ingin kerja mengapa tidak di perusahaan swasta?”

“Bagaimana saya bisa tenang kerja di perusahaan swasta, sementara pemerintahnya saja sering mempersulit pengusaha swasta kecuali orang-orang yang dekat dengan pemerintahan?”

Anaknya terus memberikan jawaban-jawaban skeptis.

“Baiklah anaku, kalau memang itu keputusan kamu sekarang ikutlah denganku…”

Lalu si bapak membawa anaknya jalan-jalan memasuki perkampungan. Di perkampungan bapaknya menunjuk beberapa rumah paling sederhana, memang seluruh kampung tersebut rumahnya mayoritas sederhana.

Kalau kamu bersikeras ingin jadi pegawai negeri, datanglah kamu ke lima rumah itu nak, dan mintalah sepuluh ribu rupiah tiap rumahnya lalu kamu bilang bulan depan kamu akan kembali lagi dan akan minta uang dengan jumlah yang sama.

Anaknya kebingungan dengan perkataan bapaknya. Bagaimana tidak, dia disuruh mengemis pada penduduk yang hanya untuk makanpun mereka kesulitan. Anaknya tidak mau menuruti perintah bapaknya, dia tetap diam.

Bapaknya kembali berkata dengan membentak. “Cepatlah kamu pergi meminta uang pada mereka, nak!! Bukankah kamu ingin jadi pegawai negeri? “

Anaknya tetap diam dan matanya mulai berkaca.

“Bapak...bagaimana mungkin aku mengemis pada mereka, sementara mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja merasa kesulitan?”

Bapaknya kembali memaksa. “Cepatlah kamu pergi dan mintalah uang pada mereka!!!”

Kali ini anaknya menangis. “Aku tidak bisa, pak……Aku lebih baik bekerja dengan keras dan meneteskan keringat ini daripada aku harus meminta uang pada mereka...”, sambil meneteskan airmata.

Bapaknya kembali berkata, kali ini dengan suara lembut dan bijak... “Anakku.. Negeri kita tercinta ini sedang sakit, kalau kamu jadi pegawai negeri hanya dengan alasan bekerja santai dan mendapatkan uang dengan pasti, kamu hanya akan menambah beban negeri ini. Beban rakyat yang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja mereka merasa kesulitan. Gaji pegawai negeri itu didapat dari rakyat yang miskin ini nak.... Lebih baik kamu jadi pengusaha dengan meneteskan keringat kamu sendiri untuk menafkahi keluarga kamu. Walaupun jadi pengusaha sangat kecil sekalipun tidak apa, itu jauh lebih mulia dari pada kamu mengemis uang pada rakyat yang miskin ini"....

Sang anak tertegun dan mengangguk.


hitsuke.blogspot.com

Pentingnya Pendidikan Karakter


Sebelum kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta berikut:
  • 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
  • 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
  • 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
  • Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM  (Sumber : Litbang Kompas)
Kini setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca kelakuan para pejabat Negara.

Pendidikan karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa. Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.

Bayangkan apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya membutuhkan good character.

Bagaimanapun juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient. Bagaimana dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?

Dari sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kualitas “usia psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf jika ini mengejutkan dan menyakitkan. Walau tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu. 

Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja. Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan  di dunia yang sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup  terpenjara oleh keyakinannya yang salah.

Baiklah kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya dan adat istiadat. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri, tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?

Theodore Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)