Sebelum
kita membahas topik ini lebih jauh lagi saya akan memberikan data dan fakta
berikut:
- 158 kepala daerah tersangkut korupsi sepanjang 2004-2011
- 42 anggota DPR terseret korupsi pada kurun waktu 2008-2011
- 30 anggota DPR periode 1999-2004 terlibat kasus suap pemilihan DGS BI
- Kasus korupsi terjadi diberbagai lembaga seperti KPU,KY, KPPU, Ditjen Pajak, BI, dan BKPM (Sumber : Litbang Kompas)
Kini
setelah membaca fakta diatas, apa yang ada dipikran anda? Cobalah melihat lebih
ke atas sedikit, lebih tepatnya judul artikel ini. Yah, itu adalah usulan saya
untuk beberapa kasus yang membuat hati di dada kita “terhentak” membaca
kelakuan para pejabat Negara.
Pendidikan
karakter, sekarang ini mutlak diperlukan bukan hanya di sekolah saja, tapi
dirumah dan di lingkungan sosial. Bahkan sekarang ini peserta pendidikan
karakter bukan lagi anak usia dini hingga remaja, tetapi juga usia dewasa.
Mutlak perlu untuk kelangsungan hidup Bangsa ini.
Bayangkan
apa persaingan yang muncul ditahun 2021? Yang jelas itu akan menjadi beban kita
dan orangtua masa kini. Saat itu, anak-anak masa kini akan menghadapi
persaingan dengan rekan-rekannya dari berbagai belahan Negara di Dunia. Bahkan
kita yang masih akan berkarya ditahun tersebut akan merasakan perasaan yang
sama. Tuntutan kualitas sumber daya manusia pada tahun 2021 tentunya
membutuhkan good character.
Bagaimanapun
juga, karakter adalah kunci keberhasilan individu. Dari sebuah penelitian di
Amerika, 90 persen kasus pemecatan disebabkan oleh perilaku buruk seperti tidak
bertanggung jawab, tidak jujur, dan hubungan interpersonal yang buruk. Selain
itu, terdapat penelitian lain yang mengindikasikan bahwa 80 persen keberhasilan
seseorang di masyarakat ditentukan oleh emotional quotient. Bagaimana
dengan bangsa kita? Bagaimana dengan penerus orang-orang yang sekarang
sedang duduk dikursi penting pemerintahan negara ini dan yang duduk di kursi
penting yang mengelola roda perekonomian negara ini? Apakah mereka sudah
menunjukan kualitas karakter yang baik dan melegakan hati kita? Bisakah kita
percaya, kelak tongkat estafet kita serahkan pada mereka, maka mereka mampu
menjalankan dengan baik atau justru sebaliknya?
Dari
sudut pandang psikologis, saya melihat terjadi penurunan kualitas “usia
psikologis” pada anak yang berusia 21 tahun pada tahun 20011, dengan anak yang
berumur 21 pada tahun 2001. Maksud usia psikologis adalah usia kedewasaan, usia
kelayakan dan kepantasan yang berbanding lurus dengan usia biologis. Jika anak
sekarang usia 21 tahun seakan mereka seperti berumur 12 atau 11 tahun. Maaf
jika ini mengejutkan dan menyakitkan. Walau
tidak semua, tetapi kebanyakan saya temui memiliki kecenderungan seperti itu.
Saya berulangkali bekerjasama dengan anak usia tersebut dan hasilnya kurang
maksimal. Saya tidak “kapok” ber ulang-ulang bekerja sama dengan mereka. Dan
secara tidak sengaja saya menemukan pola ini cenderung berulang, saya amati dan
evaluasi perilaku dan karakter mereka. Kembali lagi ingat, disekolah pada
umumnya tidak diberikan pendidikan untuk mengatasi persaingan pada dunia kerja.
Sehingga ada survey yang mengatakan rata-rata setelah sekolah seorang anak
perlu 5-7 tahun beradaptasi dengan dunia kerja dan rata-rata dalam 5-7 tahun
tersebut pindah kerja sampai 3-5 kali. Hmm.. dan proses seperti ini sering
disebut dengan proses mencari jati diri. Pertanyaan saya mencari “diri” itu
didalam diri atau diluar diri? “saya cocoknya kerja apa ya? Coba kerjain ini
lah” lalu kalau tidak cocok pindah ke lainnya. Kenapa tidak diajarkan
disekolah, agar proses anak menjalani kehidupan di dunia yang
sesungguhnya tidak mengalami hambatan bahkan tidak jarang yang putus asa karena
tumbuh perasaan tidak mampu didalam dirinya dan seumur hidup terpenjara
oleh keyakinannya yang salah.
Baiklah
kembali lagi ke topik, Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang
berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia,
lingkungan dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama,
budaya dan adat istiadat. Dengan kata lain, tidak ada masa depan yang lebih
baik yang bisa diwujudkan tanpa kejujuran, tanpa meningkatkan disiplin diri,
tanpa kegigihan, tanpa semangat belajar yang tinggi, tanpa mengembangkan rasa
tanggung jawab, tanpa memupuk persatuan di tengah-tengah kebinekaan, tanpa
semangat berkontribusi bagi kemajuan bersama, serta tanpa rasa percaya diri dan
optimisme. Inilah tantangan kita bangsa Indonesia, sanggup?
Theodore
Roosevelt mengatakan: “To educate a person in mind and not in morals is to
educate a menace to society” (Mendidik seseorang dalam aspek kecerdasan otak
dan bukan aspek moral adalah ancaman mara-bahaya kepada masyarakat)
No comments:
Post a Comment