Thursday, July 24, 2014

hitsuke.blogspot.com

Larangan Menganiaya Diri Sendiri

Dewasa ini sudah tidak asing lagi ditengah-tengah masyarakat yang kebanyakan adalah orang-orang muslim dengan berbagai cara melakukan perbuatan yang mengarah kepada penganiayaan diri sendiri dan bahkan ada yang sengaja bunuh diri. Dimana semua tingkah polah orang-orang yang berbuat sedemikian sulit untuk diterima oleh akal sehat, apalagi oleh orang-orang yang beriman. Mereka yang melakukan penganiayaan terhadap diri mereka sendiri sebenarnya melakukannya dengan cara sadar namun sebenarnya mereka sangatlah bodoh, karena sama sekali tidak ada manfaat yang diperoleh didalamnya kecuali kemudharatan yang mungkin akan dirasakan secara berkepanjangan. Penganiayaan terhadap diri sendiri di dalam syari’at islam dikenal pula dengan sebutan mendzalimi diri sendiri. Banyak contoh yang dilakukan orang-orang yang sengaja menganiaya diri sendiri misalnya melakukan demonstrasi mogok makan, menjahit mulut atau bibir. Ada pula dalam rangka menunjukkan penampilan atau kecantikan diri dengan menindik bibir, hidung dan lain sebagainya. 

Dzalim
Para ulama mendefinisikan dzalim sebagai: “Menempatkan sesuatu bukan pada tempatnya." Sedangkan definisi orang dzalim (menganiaya dirinya sendiri) ialah orang yang lebih banyak kesalahannya daripada kebaikannya. Menurut Al-Alusi, menganiaya diri sendiri sebagai perbuatan dosa amat sesuai dengan fakta. Adzab yang dijatuhkan kepada manusia sesungguhnya merupakan balasan terhadap perbuatan dosa manusia. Sehingga, ketika seseorang melakukan perbuatan dosa, hakikatnya dia telah menganiaya dirinya, yakni menjatuhkan dirinya sendiri kepada siksa-Nya. Allah Swt berfirman:
 
"Dan Kami tidaklah menganiaya mereka tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri, karena itu tiadalah bermanfaat sedikitpun kepada mereka sembahan-sembahan yang mereka seru selain Allah, di waktu azab Tuhanmu datang. Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka." (QS. Huud : 101 )

Para pelaku dosa sebagai orang yang-orang yang mendzalimi diri mereka sendiri terdapat dalam beberapa ayat, antara lain firman Allah :

"Dan Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk dita'ati dengan seizin Allah. Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya  datang kepadamu, lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang." ( QS. An Nisaa : 64 )  
 
Selain itu ada pula yang menyebutkan sebagai tidak memberikan hak diri sendiri, seperti berpuasa terus menerus tanpa berbuka, melakukan shalat terus menerus tanpa tidur padahal tubuhnya sudah tidak kuat lagi, dan yang semisalnya.

Dari pengertian dzalim tersebut diatas, maka mendzalimi diri sendiri berarti adalah melakukan suatu perbuatan yang diarahkan pada dirinya sendiri namun perbuatan tersebut bukan pada tempatnya dilakukan. Kedzalimin terhadap diri merupakan suatu perbuatan atau tindakan yang kejam bahkan bengis, keji dan hina yang menyebab timbulnya kesengsaraan pada diri sendiri. Intinya adalah bahwa perbuatan dzalim itu adalah termasuk semua perbuatan yang dilarang oleh syari’at sehingga ia merupakan perbuatan dosa.
Dicontohkan dalam Al-Qur’an  ayat yang menggambarkan tentang perbuatan dzalim pada diri sendiri yaitu orang yang mempunyai sifat angkuh sebagaimana firman Allah :
 
"Dan dia memasuki kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri [882]; ia berkata: "Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya", ( QS. Al Kahfi: 35 ) 
 
Beberapa Dalil Mengenai Perbuatan Menganiaya (Dzalim ) Terhadap Diri Sendiri

Perbuatan dzalim terhadap diri sendiri disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur’an yang merupakan dalil bahwa perbuatan dzalim pada diri sendiri dilarang oleh Allah. Di dalam Al-Qur’an disebutkan ada 13 ayat yang menyinggung tentang perbuatan menganiaya ( dzalim ) terhadap diri sendiri, antara lain dikutipkan beberapa ayat sebagai berikut :

Firman Allah subhanahu wa ta’ala :

1. Surah Al Baqarah (2) ayat : 54

وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُواْ إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُواْ أَنفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَّكُمْ عِندَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ

"Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Hai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."

2. Surah Al Baqarah ( 2 ) ayat 57 :

وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُواْ مِن طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَـكِن كَانُواْ أَنفُسَهُمْ يَظْلِمُون

"Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa" [53]. Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu; dan tidaklah mereka menganiaya Kami; akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri."

3. Surah An Nisaa ayat 110 :

وَمَن يَعْمَلْ سُوءًا أَوْ يَظْلِمْ نَفْسَهُ ثُمَّ يَسْتَغْفِرِ اللّهَ يَجِدِ اللّهَ غَفُورًا رَّحِيمًا

"Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan menganiaya dirinya, kemudian ia mohon ampun kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Selain banyaknya ayat Al-Qur’an yang membicarakan tentang menganiaya ( mendzalimi ) diri sendiri, hadits dari Rasulullah juga membicarakannya, antara lain sebagai berikut :
1. Hadits riwayata Abu Daud
2.Hadits riwayat Tirmidzi
  
Ancaman Terhadap Orang-orang Yang Melakukan Perbuatan Dzalim

Allah SWT telah mengingatkan dalam Al Qur’an bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya:

"Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula." (QS. Az Zalzalah : 7-8 )

Sesungguhnya Allah Swt sangat tidak menyukai terhadap perbuatan dzalim, perhatikan firman-Nya: 

"Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang saleh, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim." ( QS. Ali Imran : 57 )

Dan perhatikan juga firman-Nya yang lain:

"Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa mema'afkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang zalim." (QS.Asy-Syuura:40 )



Perbuatan Yang Dikatagorikan Sebagai Perbuatan Dzalim ( Aniaya ) Terhadap Diri Sendiri


Sesuai dengan keterangan-keterangan dari beberapa ayat Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW, maka sesungguhnya perbuatan-perbuatan yang termasuk dalam katagori menganiaya ( dzalim ) terhadap diri sendiri cukup banyak, antara lain dapat dikemukan beberapa contoh kecil sebagai berikut :

1. Melakukan berbagai tindakan penganiayaan atau penyiksaan terhadap fisik terhadap anggota batang tubuhnya secara sengaja sehingga yang bersangkutan merasa tersiksa dan kesakitan yang membawa penderitaan baik dalam jangka waktu pendek atau relatif berkepanjangan dan bahkan menyebabkan kematian. Seperti misalnya memukul, melukai anggota tubuh, menjatuhkan diri dari tempat ketinggian atau melakukan perbuatan bunuh diri dengan cara gantung diri, menceburkan diri, membakar diri dan lain-lain sebagainya.

2. Melakukan berbagai tindakan yang secara tidak langsung dapat berdampak buruk bagi diri sipelaku, karena perbuatan yang dilakukannya tersebut menyebabkan timbulnya penderitaan baik fisik maupun mental, meskipun perbuatan tersebut dilakukan bukan bertujuan untuk menimbulkan kemudharatan bagi dirinya. Bahkan perbuatan yang dilakukannya sebenarnya bertujuan untuk memperoleh kesenangan belaka. Tetapi akhirnya membuat kesengsaraan. Banyak sekali contoh perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang yang pada awalnya sekedar untuk bersenang-senang memperoleh kenikmatan atas perbuatannya namun berakhir kepada kemudharatan, antara lain :
- Meminum Khamer (minuman keras), mengkonsumsi narkoba, merokok, mengkonsomsi makanan halal secara melampaui atas, begadang sampai larut malam.
- Mengendarai motor ugal-ugalan dengan kecepatan tingi dan balapan liar
- Bermain dengan meniru-niru orang-orang yang sudah professional seperti panjat tebing, olah raga terjun payung, terbang laying
- Bermain-main dengan senjata, bermain-main dengan petasanan

3. Melakukan demonstrasi dengan mogok makan, aksi jahit mulut, membakar diri dengan maksud agar tuntutannya mendapat perhatian atau dipenuhi.

4. Tidak mau melaksanakan perintah-perintah yang diwajibkan oleh Allah Swt seperti sholat fardu dan sunah, tidak berpuasa, tidak membayar zakat, tidak melakukan ibadah haji padahal mempunyai kemampuan, tidak mau melakukan amal kebajikan. Akibat enggan melaksanakan perintah-perintah yang diwajibkan tersebut maka dosa yang diperoleh.

5. Melakukan berbagai perbuatan yang dilarang karena mengikuti hawa nafsu dan godaan syaitan sehingga diri diliputi dengan banyaknya dosa sebagai akibat melakukan berbagai ragam kemaksiatan, berupa zinah, mencuri, berjudi, menipu serta sifat-sifat tidak terpuji lainnya .

6. Melumuri diri dengan sifat-sifat tidak terpuji seperti iri dan dengki  (tidak suka melihat kebahagiaan orang lain), angkuh dan sombong, ujub, riya, takabbur, tinggi hati, mau menang sendiri, melakukan fitnah (menuduh), buruk sangka, bermuka dua, suka berdusta dan berbagai macam penyakit hati lainnya yang menimbulkan dosa.

Kedzaliman yang dilakukan oleh seseorang yang dilakukannya terhadap dirinya sendiri sesungguhnya adalah sebuah perbuatan yang tidak layak dilakukan karena yang bersangkutan telah melakukan sesuatu yang tidak pada tempatnya dan bertentangan dengan rasa keadilan dan hati nuraninya. Sehingga seyogyanya kedzaliman tersebut tidaklah perlu dilakukan mengingat keharamannya. Sedangkan apabila seseorang telah merasa berbuat kedzaliman pada dirinya sendiri maka segeralah bergegas meminta ampun dan bertaubat. Sesungguhnya perbuatan dzalim itu merupakan perbuatan yang dilaknat Allah, karena perbuatan dzalim kepada diri sendiri itu hanyalah mendatangkan kemudharatan dan tidak akan sedikitpun mendatangkan kemaslahatan. Untuk itu bagi siapa saja yang suka berbuat dzalim pada dirinya sendiri dengan melakukan berbagai perbuatan yang diharamkan oleh syari’at segera menghentikan kebiasaan yang buruk tersebut

 Sumber : http://musnijaprie-alpasery.blogspot.com/2012/01/larangan-menganiaya-diri-sendiri_4122.html
 
hitsuke.blogspot.com

Stres dan Depresi Bisa Jadi Akibat Tidak Menjalankan Agama

## Mari Instropeksi ##


"Dan  barangsiapa  berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari  kiamat  dalam keadaan buta..." (QS. Thaahaa, 20:124)
"Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman." (QS. Al An'aam, 6:125)

Keengganan orang-orang yang jauh dari agama untuk taat kepada Allah menyebabkan mereka terus-menerus menderita perasaan tidak nyaman, khawatir dan stres. Akibatnya, mereka terkena berbagai ragam penyakit kejiwaan yang mewujud pada keadaan raga mereka. Tubuh mereka lebih cepat mengalami kerusakan, dan mereka mengalami penuaan yang cepat dan melemah.

Sebaliknya, karena orang-orang beriman sehat secara kejiwaan, mereka tidak terkena stres, atau berkecil hati, dan jasmani mereka senantiasa prima dan sehat. Pengaruh baik akibat ketundukan mereka kepada Allah, tawakal mereka kepada-Nya dan kepribadian kokoh mereka, kemampuan melihat kebaikan dalam segala hal, dan ridha dengan apa yang terjadi sembari berharap akan janji-Nya, tercermin dalam penampilan raga mereka. Hal ini tentu saja dialami oleh mereka yang menjalani hidupnya sesuai ajaran Al Qur'an, dan yang benar-benar memahami agama. Tentu saja mereka pun dapat menderita sakit dan pada akhirnya mengalami penuaan, namun proses alamiah ini tidak disertai dengan kerusakan pada sisi kejiwaan sebagaimana yang dialami oleh selainnya.

Stres dan depresi, yang dianggap sebagai penyakit zaman kita, tidak hanya berbahaya secara kejiwaan, tapi juga mewujud dalam berbagai kerusakan tubuh. Gangguan umum yang terkait dengan stres dan depresi adalah beberapa bentuk penyakit kejiwaan, ketergantungan pada obat terlarang, gangguan tidur, gangguan pada kulit, perut dan tekanan darah, pilek, migrain [sakit kepala berdenyut yang terjadi pada salah satu sisi kepala dan umumnya disertai mual dan gangguan penglihatan], sejumlah penyakit tulang, ketidakseimbangan ginjal, kesulitan bernapas, alergi, serangan jantung, dan pembengkakan otak. Tentu saja stres dan depresi bukanlah satu-satunya penyebab semua ini, namun secara ilmiah telah dibuktikan bahwa penyebab gangguan-gangguan kesehatan semacam itu biasanya bersifat kejiwaan.

Stres, yang menimpa begitu banyak orang, adalah suatu keadaan batin yang diliputi kekhawatiran akibat perasaan seperti takut, tidak aman, ledakan perasaan yang berlebihan, cemas dan berbagai tekanan lainnya, yang merusak keseimbangan tubuh. Ketika seseorang menderita stres, tubuhnya bereaksi dan membangkitkan tanda bahaya, sehingga memicu terjadinya beragam reaksi biokimia di dalam tubuh: Kadar adrenalin dalam aliran darah meningkat; penggunaan energi dan reaksi tubuh mencapai titik tertinggi; gula, kolesterol dan asam-asam lemak tersalurkan ke dalam aliran darah; tekanan darah meningkat dan denyutnya mengalami percepatan. Ketika glukosa tersalurkan ke otak, kadar kolesterol naik, dan semua ini memunculkan masalah bagi tubuh.

Oleh karena stres yang parah, khususnya, mengubah fungsi-fungsi normal tubuh, hal ini dapat berakibat sangat buruk. Akibat stres, kadar adrenalin dan kortisol di dalam tubuh meningkat di atas batas normal. Peningkatan kadar kortisol dalam rentang waktu lama berujung pada kemunculan dini gangguan-gangguan seperti diabetes, penyakit jantung, tekanan darah tinggi, kanker, luka pada permukaan dalam dinding saluran pencernaan, penyakit pernapasan, eksim. Kadar kortisol yang tinggi dapat berdampak pada terbunuhnya sel-sel otak.
 
Penegangan yang diakibatkan stres berdampak pada penyempitan pembuluh darah nadi, gangguan pada aliran darah ke daerah-daerah tertentu di kepala dan penurunan jumlah darah yang mengalir ke daerah tersebut. Jika suatu jaringan mengalami kekurangan darah hal ini akan langsung berakibat pada rasa sakit, sebab suatu jaringan yang di satu sisi mengalami penegangan mungkin sedang membutuhkan darah dalam jumlah banyak dan di sisi lain telah mendapatkan pasokan darah dalam jumlah yang kurang akan merangsang ujung-ujung saraf penerima rasa sakit. Di saat yang sama zat-zat seperti adrenalin dan norepinefrin, yang mempengaruhi sistem saraf selama stres berlangsung, juga dikeluarkan. Hal ini secara langsung atau tidak langsung meningkatkan dan mempercepat penegangan otot. Demikianlah, rasa sakit berakibat pada penegangan, penegangan pada kecemasan, dan kecemasan memperparah rasa sakit.

Akan tetapi, salah satu dampak paling merusak dari stres adalah serangan jantung. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang agresif, khawatir, cemas, tidak sabar, dengki, suka memusuhi dan mudah tersinggung memiliki peluang terkena serangan jantung jauh lebih besar daripada orang yang tidak memiliki kecenderungan sifat-sifat tersebut. Alasannya adalah bahwa rangsangan berlebihan pada sistem saraf simpatetik [yakni sistem saraf yang mengatur percepatan denyut jantung, perluasan bronkia, penghambatan otot-otot halus sistem pencernaan makanan, dsb.], yang dimulai oleh hipotalamus, juga mengakibatkan pengeluaran insulin yang berlebihan, sehingga menyebabkan penimbunan kadar insulin dalam darah. Ini adalah permasalahan yang teramat penting. Sebab, tak satu pun keadaan yang berujung pada penyakit jantung koroner memainkan peran yang sedemikian paling penting dan sedemikian berbahaya sebagaimana kelebihan insulin dalam darah.

Stres kejiwaan memiliki dampak penting pada sistem kekebalan dan berujung pada kerusakannya. Saat dilanda stres, otak meningkatkan produksi hormon kortisol dalam tubuh, yang melemahkan sistem kekebalan. Atau dengan kata lain, terdapat hubungan langsung antara otak, sistem kekebalan tubuh dan hormon. Para pakar di bidang ini menyatakan: "Pengkajian terhadap stres kejiwaan atau stres raga telah mengungkap bahwa selama stres berat berlangsung terjadi penurunan pada daya kekebalan yang berkaitan dengan keseimbangan hormonal. Diketahui bahwa kemunculan dan kemampuan bertahan dari banyak penyakit termasuk kanker terkait dengan stres."

Singkatnya, stres merusak keseimbangan alamiah dalam diri manusia. Mengalami keadaan yang tidak normal ini secara terus-menerus akan merusak kesehatan tubuh, dan berdampak pada beragam gangguan fungsi tubuh. Para ahli menggolongkan dampak buruk dari stres terhadap tubuh manusia dalam sejumlah kelompok utama sebagaimana berikut:
- Cemas dan Panik: Suatu perasaan yang menyebabkan peristiwa tidak terkendali.
- Mengeluarkan keringat yang semakin lama semakin banyak
- Perubahan suara: Berbicara secara gagap dan gugup
- Aktif yang berlebihan: Pengeluaran energi yang tiba-tiba, pengendalian diabetik yang lemah
- Kesulitan tidur: Mimpi buruk
- Penyakit kulit: Bercak, bintik-bintik, jerawat, demam, eksim dan psoriasis.
- Gangguan saluran pencernaan: Salah cerna, mual, luka pada permukaan dalam dinding saluran pencernaan
- Penegangan otot: gigi yang bergesekan atau terkunci, rasa sakit sedikit tapi terus-menerus pada rahang, punggung, leher dan pundak
- Infeksi berintensitas rendah: pilek, dsb.
- Migrain
- Denyut jantung dengan kecepatan yang tidak wajar, rasa sakit pada dada, tekanan darah tinggi
- Ketidakseimbangan ginjal, menahan air
- Gangguan pernapasan, pendek napas
- Alergi
- Sakit pada persendian
- Mulut dan tenggorokan kering
- Serangan jantung
- Melemahnya sistem kekebalan
- Pengecilan di bagian otak
- Perasaan bersalah dan hilangnya percaya diri
- Bingung, ketidakmampuan menganalisa secara benar, kemampuan berpikir yang rendah, daya ingat yang lemah
- Rasa putus asa yang besar, meyakini bahwa segalanya berlangsung buruk
- Kesulitan melakukan gerak atau diam, memukul-mukul dengan irama tetap
- Ketidakmampuan memusatkan perhatian atau kesulitan melakukannya
- Mudah tersinggung dan sangat peka
- Bersikap yang tidak sesuai dengan akal sehat
- Perasaan tidak berdaya atau tidak berpengharapan
- Kehilangan atau peningkatan nafsu

Kenyataan bahwa mereka yang tidak mengikuti nilai-nilai ajaran agama mengalami "stres" dinyatakan oleh Allah dalam Al Qur'an:
"Dan  barangsiapa  berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari  kiamat  dalam keadaan buta..." (QS. Thaahaa, 20:124)
Dalam sebuah ayat lain, Allah telah menyatakan bahwa "… hingga apabila bumi telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa mereka pun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepada-Nya saja…" (QS. At Taubah, 9:118)

Kehidupan yang "gelap dan sempit" ini, atau stres, nama yang diberikan di masa kini, adalah akibat ketidakmampuan orang-orang tak beriman untuk menaati nilai-nilai akhlak yang diajarkan agama. Kini, para dokter menyatakan bahwa jiwa yang tenang, damai dan penuh percaya diri sangatlah penting dalam melindungi pengaruh stres. Kepribadian yang tenang dan damai hanya dimungkinkan dengan menjalani hidup sesuai ajaran Al Qur'an. Sungguh, telah dinyatakan dalam banyak Al Qur'an bahwa Allah akan memberikan "ketenangan" dalam diri orang-orang beriman. (Al Qur'an, 2:248, 9:26, 40, 48:4, 18)

Janji Allah terhadap orang-orang beriman telah dinyatakan sebagaimana berikut:
Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS, An Nahl, 16: 97)

Sumber : http://waanakbar.blogspot.com/2012/11/stres-dan-depresi.html