Kayak judul film aja... Ada Apa Dengan Cinta? Yah.. nggak jauh-jauh beda dengan itu sich, paling ya 180 derajat aja dech bedanya. Kalo Ada Apa Dengan Cinta kan nyeritain kisah cinta anak SMU antara Rangga dengan Cinta yang akhirnya Happy Endding. Uh senengnya kalo bisa kayak itu. Tau gak, AADC tuch salah satu Film favoritku lo... Yang kedua adalah Eifel...I'm In Love, kemudian di susul dengan Dealova. Uhhh..... Romantis buanget dech! Mau dunk aku ngalamin kisah cinta bak cinderela gitu. Sekarang ini Ayat-Ayat Cinta yang aku puji. Bagus buanget. Aku salut banget sama Aisha yang merelakan Fahri untuk menikahi wanita lain.
Lha kok jadi ngomongin film ya... Kembali ke LapTop. Balik lagi ke Topik, Kalo tadi AADC nyeritain kisah cinta Rangga dengan Cinta, Ada Apa Dengan Bulan Maret nyeritain kisahku yang lucu, rumit dan ga tau enddinnya. Aku cuma pengen curhat aja sech... Gpp kok kalo gak mau kasih comment dilewati aja.. :-)
Aku baru menyadari kalo dari waktu ke waktu selalu ada persamaan kisah. Saat aku buka kembali diaryku, ternyata selalu bulan Maretlah yang bikin hatiku gak karuan rasanya. Perih, sakit, tertusuk-tusuk, pokoknya yang nggak enak-enah dech. Tapi alhamdllh aku masih baik-baik aja. Nggak sampai yang kayak di-Tv atau di Koran. Bunuh diri karena Patah Hati. aduch Nggak banget dech. Aku ngerasa masih banyak dosa kok. he...he...he... Hidup ini indah kawan, dan Hidup itu Nggak sulit. jadi jangan dipersulit dech..
Kisahku dimulai di bulan Maret tahun 2005.
Saat itu aku semseter 4 kalo nggak salah. Aku punya pacar satu kampus. (Jangan menghina, jelek-jelek juga ada yang mau Ha..ha...ha..) Kita jadian awal tahun 2004, satu tahun lebih dua bulan tepatnya kami pacaran. Dan di bulan ini untuk pertama kalinya aku bertengkar hebat dengan pacarku. Hampir aja kami putus. Tapi kami sama-sama menghargai arti sebuah komitment. Kami saling instropeksi diri dan hubungan kami kembali membaik sebulan berikutnya.
Akhir tahun 2006 aku sudah terlihat dekat dengan orang lain. Sebenarnya dari awal kita berkomitmen aku sudah ilfiil dengan dia. Karena sikapnya beda banget dengan mantan pacarku dan dengan seseorang yang aku kagumi. Tapi namanya sebuah komitmen harus dihargai. Aku nggak mau dibilang cewek yang tidak punya prinsip. Maka hari demi haripun aku jalani dengan dia. Sampailah saat-saat dimana kebohongannya mulai terbongkar. Di Bulan Maret tahun 2007 semua kebohongannya terbongkar. Dia telah memiliki seorang kekasih dan menjadikan aku yang kedua dalam kisah cintanya. Kabar itu baru aku ketahui setelah 5 bulan aku bersamanya. Dan parahnya aku ketahui dari teman baiknya. Teman baiknya merasa kasihan padaku dan membongkar kebohongannya. Yang bikin aku shock aku baru mengetahui kalau dia telah punya kekasih saat dia putus dengan kekasihnya. Saat itu aku merasa akulah penyebab keretakan hubungannya. Walaupun berkali-kali dia mengatakan tidak, keretakkan hubungannya bukan karena aku, tapi aku tetap merasa menjadi orang ketiga dalam hubungannya. Berkali-kali dia meyakinkan aku bahwa kejadian ini tidak akan terulang lagi. Hubungan aku dengannya kembali membaik setelah dia meminta maaf dan berkali-kali meyakinkan aku bahwa akulah satu-satunya pacarnya. Akupun berpikir Allah saja pemaaf, terlalu egois kalau aku tidak memaafkan kesalahannya. Dan akupun memberinya kesempatan kedua untuk memperbaiki kesalahannya.
Benar kata pepatah watuk bisa diobati, TAPI watak sulit untuk diubah. Dasar memang sudah wataknya selalu ingin dikelilingi oleh cewek, tidak pernah puas dengan satu cewek dan tidak bisa menghargai komitment. Dia kembali menjalin cinta dengan orang lain. Ironisnya dia menjalin cinta dengan orang lain disaat aku butuh dukungannya, saat aku baru aja kehilangan nenekku, saat aku akan ujian skripsi. Beruntunglah aku masih mempunyai teman-teman yang perduli pada aku. Maka aku pura-pura tidak tahu kalau dia menduakan aku. Aku menunggu dia mengatakannya sendiri padaku, aku menunggu kata putus darinya. Dan mungkin penyakitku kumat, aku mencari pelarian untuk hatiku. Aku diam-diam mengagumi seorang dosen di kampusku. Karena suatu hal mengharuskan aku pernah untuk dengannya dan sering berkomunikasi dengannya. Cerita aku dengan dosen ini tidaklah penting dibahas disini, so kembali ke LapTop.
Ya sudahlah aku hanya dapat mengambil hikmah dari semua kejadian yang terjadi. mungkin benar kali ya kalau dalam ajaran Islam tidak mengenal Pacaran. Daripada sakit hati. Pacaran lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Jadi, kalau nggak punya pacar bisa bikin hidup lebih indah, ngapain susah-susah cari pacar. Jodoh kan rahasia Allah.
Wallahu alam