Sejarah Hari Pendidikan
Berbicara tentang pendidikan pasti kita
mengenal sosok tentang Ki Hajar Dewantara. Siapa yang tidak kenal sosok
tokoh pendidikan Bapak Ki Hadjar Dewantara, tokoh yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia.
Tanggal 2 Mei sejatinya adalah hari
kelahiran Ki Hadjar Dewantara , beliaulah yang dianggap sebagai pahlawan
yang memajukan pendidikan di Indonesia, berkat jasa beliau Perguruan
Taman Siswa berdiri, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan
bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti
halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda. Ajaran kepemimpinan Ki
Hadjar Dewantara yang sangat poluler di kalangan masyarakat adalah Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mbangun Karso, Tut Wuri Handayani.
Ing Ngarso Sun Tulodo artinya Ing ngarso itu di depan / dimuka, Sun berasal dari kata Ingsun yang artinya saya, Tulodo
berarti tauladan. Jadi makna Ing Ngarso Sun Tulodo adalah menjadi
seorang pemimpin harus mampu memberikan suri tauladan bagi bawahan atau
anak buahnya.
Ing Madyo Mbangun Karso, Ing Madyo artinya di tengah-tengah, Mbangun berarti membangkitan atau menggugah dan Karso
diartikan sebagai bentuk kemauan atau niat. Jadi makna dari kata itu
adalah seorang peminpin ditengah kesibukannya harus juga mampu
membangkitkan atau menggugah semangat kerja anggota bawahanya. Karena
itu seorang pemimpin juga harus mampu memberikan inovasi-inovasi
dilingkungan tugasnya dengan menciptakan suasana kerja yang lebih
kodusif untuk keamanan dan kenyamanan kerja.
Demikian pula dengan kata Tut Wuri Handayani, Tut Wuri artinya mengikuti dari belakang dan handayani
berati memberikan dorongan moral atau dorongan semangat. Sehingga
artinya Tut Wuri Handayani ialah seorang komandan atau pimpinan harus
memberikan dorongan moral dan semangat kerja dari belakang. Dorongan
moral ini sangat dibutuhkan oleh bawahan, karena paling tidak hal ini
dapat menumbuhkan motivasi dan semangat kerja.
Pendidikan dan Pancasila
Adalah hal yang menarik ketika peringtan
Hari pendidikan Nasional tahun 2015 memasang tema “Pendidikan dan
Kebudayaan sebagai Gerakan Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi
Berkarakter Pancasila”. Pilihan tema itu dimaksudkan agar
pendidikan di sekolah menjadi sebuah proses pembelajaran tidak hanya
untuk mengejar kecerdasan, tapi juga mengarah pada pendidikan moral
untuk membangun generasi berkarakter nilai-nilai budaya bangsa yang
terumuskan dalam Pancasila. Kita melihat Indonesia dengan problem
pendidikannya dari tahun ke tahun mengalami perubahan. Sekilas juga kita
saksikan beberapa perubahan kebijakan pendidikan kita akhir-akhir ini
seakan-akan meresahkan, membingungkan, dan tanpa kejelasan. Ketika
kurikulum pendidikan diubah, dunia pendidikan kita pun bagaikan sampah.
Pendidikan moral di Indonesia belakangan mengalami penurunan. Banyak
anak negeri kita kehilangan jiwa kebangsaan dan nasionalismenya. Sikap
dan tingkah laku mereka terpengaruh oleh budaya asing dari sisi
negatifnya. Kemajuan teknologi informasi memudahkan anak didik kita
mengakses jaringan internet, bukan untuk pembelajaran hal-hal positif,
tapi justru yang negatif. Mereka cenderung tidak mengerti adanya ajaran
luhur warisan pendiri bangsa ini. Pancasila hanya mereka pahami secara
tekstual. Padahal, nilai-nilai yang ada pada Pancasila merupakan basis
pendidikan moral untuk membentuk kepribadian luhur, kepribadian yang
berkarakter khas bangsa Indonesia.
Makna pendidikan yang disampaikan Ki
Hajar Dewantara di atas seakan-akan lekang dari ingatan tokoh-tokoh
pendidikan negara kita dewasa ini. Pendidikan yang seharusnya dijadikan
upaya untuk memajukan budi pekerti, dirubah menjadi upaya untuk
memakmurkan diri. Pendidikan yang seharusnya dijadikan upaya untuk
memajukan pikiran dan tumbuh kembang anak, dirubah menjadi upaya untuk
membentuk generasi anak bangsa “membeo” terhadap negara luar. Pendidikan negeri ini sudah tidak
berdiri diatas kaki sendiri. Pendidikan negeri ini sudah jauh dari
kontekstualisasi nilai-nilai Pancasila sebagai pandangan hidup yang
sejati. Dan, yang lebih memperihatinkan lagi, pendidikan kita dewasa ini
seperti tengah dirasuki oleh faham-faham emoral yang membanggakan diri
sendiri. Maka menengok tema peringatan Hari Pendidikan tahun ini, mental
pendidikan negeri kita harus segera direvolusi.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
“Cerdas” mengandung arti sempurna perkembangan akal budinya untuk
berpikir dan mengerti. Manusia yang cerdas adalah manusia yang mampu
membumikan visi kehidupan ke arah yang lebih baik, kemudian mampu
mensinergikan akal dengan jiwa suci dalam meraih masa depan yang lebih
baik.
Sedangkan, tumbuh berarti mempunyai
kemajuan. Jadi, Pencerdasan dan Penumbuhan Generasi Berkarakter
Pancasila dapat kita artikan sebagai sebuah upaya untuk menyempurnakan
akal budi dan kemajuan berpikir generasi kita untuk hidup dan bersifat
(berkarakter) seperti yang tertuang dalam Pancasila sebagai pedoman
kehidupan bangsa, terlebih dunia pendidikan kita.
Generasi Pancasilais adalah generasi
ber-Ketuhan Yang Maha Esa, berkemanusiaan yang adil dan beradab,
menjunjung tinggi persatuan, memiliki kepatuhan terhadap pemimpin yang
bijaksana dan mengedapankan permusyawaratan dalam kehidupan, serta
sejajar dan selaras dalam bingkai keadilan disetiap lini kehidupan.
Jika kita kaitkan dengan berbagai
persoalan yang melanda bangsa kita dewasa ini, tentunya tema peringatan
Hardiknas yang diusung Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan ini adalah
isyarat bahwa pendidikan Indonesia semoga dikembalikan kesejatiannya
dengan menguatkan aqidah dan keimanan, serta memegang teguh prinsip
kemanusiaan yang sama dan adil tanpa berpijak dengan dipandu komplotan
asing yang mengintai dan merusak generasi bangsa. Dan, kesemuanya itu
telah menjadi tujuan dari pendidikan yang diungkapkan Bapak Pendidikan
kita, Ki Hajar Dewantara seabad yang silam, yang hanya menitikberatkan
kemajuan budi pekerti untuk kemajuan kehidupan generasi bangsa.
Kita selaku insan pendidikan, diwajibkan
untuk siap menghadirkan generasi berkarakter Pancasila di negeri ini,
namun dengan satu syarat biarkan kami berkreasi tanpa diprovokasi dengan
kurikulum yang gonta-ganti. Jangan bedakan ikhtiar kami dengan
sekolah-sekolah yang setiap hari didinginkan dengan angin buatan. Dan,
perlu diingat prestasi kami bukan status PNS namun pemikiran dan
kelayakan untuk membentuk generasi bangsa yang taat dan beradab.
Memperingati hari pendidikan ini , marilah kita hembuskan napas-napas harapan dengan semangat penuh pengabdian, ikhlas, dan mengharapkan ridho Allah SWT dalam perjuangan menegakkan kebaikan, menjembatani kecerdasan, menghapus perlahan kebodohan, mengkaji pantas dan tidaknya kita menjadi inspirator dalam kerinduan generasi bangsa yang sudah lama memimpikan generasi Pancasilais untuk mereka persembahkan dan saksikan kepada Tuhan-nya, kepada Malaikat, Kepada teladannya, kepada orang tuanya, kepada gurunya, kepada nusa dan bangsa, dan kepada tanah tempat berakhirnya kebanggaan dan harga karakter mereka
No comments:
Post a Comment