Untukmu dimanapun sekarang berada. Aku tak tahu kenapa kamu tiba-tiba hadir dibenakku. Dan seperti biasa, kehadiranmu selalu membuatku menangis.
Taukah kamu, bahwa sesungguhnya kamu adalah halaman buku paling menarik seperti halaman buku Tere Liye, Dee Lestari atau Andrea Hirata yang selalu ingin aku kunjungi, ku baca, ku resapi lalu berulang-ulang berhasil mendoktrin pikiranku.
Sejenak aku tercekat, seperti apakah posisiku dihatimu sekarang dan saat itu? Sebagai kekasih kah? Sebagai Adikkah? Sebagai Kakakkah atau sebagai RIP (Rest In Peace)
Apapun itu, terima kasih telah bersedia hadir dalam hidupku, mengisi dan mewarnai hariku yang sempat kelabu. Meskipun ketika bersamamu tak bisa ku pungkiri hanya air mata yang akhirnya menghiasi. Kamu bahkan tak kan pernah tau betapa kamulah yang telah menghancurkan semua prinsip dan egoku.
Aku mungkin aku terlalu berlebihan dengan satu kisah yang pernah kita ukir. Sudah ku coba untuk mengikhlaskan dan melupakan mu. Dengan tingkat kesibukan yang telah aku jalani selama 4 tahun ini hampir berhasil menjauhkanmu tapi tidak berhasil melupakanmu Karena, berbagai pesona yang mencoba menarik perhatianku belum ada yang bisa menandingimu.
Terkadang terlintas engkau tiba-tiba datang meskipun hujan badai di luar sana hanya untuk mengusap air mataku. Tapi aku tahu itu tak mungkin. Itu hanya terjadi dalam senetron romantis. This is Realita.
Terima kasih telah menjauhiku, karena, dengan begitu, aku tau ada titik dimana kita pernah merasa dekat. Sangat dekat Walau itu. Dulu.......
Jika kamu (mungkin) masih sempat, peduli atau bahkan sempat membaca postingan ini (Hey, dalam tahap ini, aku bukan sedang mengiba atau berusaha membuat hati mu gerimis. Bukan itu) Kenang aku sebagai seorang.... sebut saja sebagai masa lalu. Sebut saja sebagai wanita yang pernah kau ambil hati nya penuh-penuh, namun pada akhir nya, kau kembalikan lagi separuhnya saja. Hati ku masih belum kau kembalikan penuh-penuh. Dan separuh hati ini selalu berhasil memaksaku untuk menuliskan kata-kata bodoh ini untuk mu, separuh hati ini selalu berhasil membuat ku menitikkan sedikit saja air mata, jika kamu mulai berkelebatan lagi di pikiran ku.....Sedikit saja.
Jika kini, di setiap bangun dan tidurmu aku yakin bukan lagi aku yang mampir di pikiranmu (mungkin dulu pun bukan aku) sangat tidak apa-apa. Tapi, Jangan pernah salahkan aku, Jika malam-malam dan lelapku, aku masih di hampiri mimpi yang sama. Mimpi tentang kisah kita berdua, bergulir, seperti nyata walau sebenarnya itu hanya berserakan di masa lalu yang kini susah payah aku ubah. Dan disana, aku selalu bertanya-tanya "Sampai kapan, hey Kamu?"
Segala yang hilang, akan diganti dengan yang lebih baik.. Dan, Kamu sudah sampai pada titik itu. Tak apa jika kerabat, sahabat dan rekan mu menjadikan ku sebagai perbandingan. Bukankah sifat kita -manusia- adalah selalu membandingkan? Tak apa jika pada akhirnya bukan aku yang akan bergabung dalam silsilah dan foto keluargamu. Bukan kah itu bagian dari takdir? Dan skenario Tuhan yang selalu kita percayai hingga kini, adalah skenario yang terbaik?
Lagi-lagi pertanyaan bodoh yang ingin aku lontarkan. Mengapa kita mesti bertemu jika pada akhirnya kita tidaklah satu? Orang-orang disana selalu menjawab : "karena, kita harus bertemu orang yang tidak tepat, sebelum akhirnya bertemu orang yang tepat" .
Jadi, baiklah. Setidaknya bisa kusimpulkan aku bukanlah orang yang tepat. Aku adalah persinggahan sementaramumu. Aku adalah ujian. Aku adalah masa lalu.
Ketika kamu dan dia sedang berbahagia merencanakan piknik keluarga, aku masih sibuk sendiri. Sibuk akan masa lalu yang belum selesai. Hey, aku tidak menyalahkanmu.. Ini bukan pilihanku tapi ini takdirku. Namun, aku berjanji tidak akan lama lagi. Karena, aku percaya.. Tuhan sudah menyediakan pula Jodoh ku. Jodoh. Bukan pengganti mu. Yang akan mendekapku lama-lama. Hingga aku lupa. Hingga aku amnesia. Luka itu apa?
Dunia kita tak lagi sama, mimpi kita sudah berbeda.
Sebagai apapun aku dihatimu, terima kasih sudah mau peduli. Bahagia untuk mu. Selalu.
*Inspirated Song Ratusan Purnama - Melly Goeslow dan Marthino Lio Ost AADC 2