Wednesday, March 27, 2019

hitsuke.blogspot.com

Alasan kenapa Jadi Anak (dianggap) Orang Kaya itu tidak enak.

Jadi anak orang kaya? Wuih pasti hidupnya seneng banget, jauh dari penderitaan, selalu bahagia. Kebahagiaan bukanlah karena harta, tetapi karena hati. 


Saya menulis ini mungkin karena curhat colongan karena Saya tergolong orang yang agak introvet dan tidak mudah mengungkapkan isi hati kepada orang lain secara langsung. Atau mungkin juga karena bahasa tulisan Saya lebih halus daripada bahasa lisan Saya. Terserah bagaimana pembaca menyikapi. Beberapa tahun yang lalu Saya pun sempat menulis perasaan Saya ketika ada seseorang yang mengatakan Saya MAHAL ( https://minakoangel.blogspot.com/2014/09/mahal.html ) padahal Saya tidak dijual atau menjual diri lho.... hahahahahaha.....


Pengantarnya sudah cukup, sekaranng masuk ke topik curhatannya, kenapa si jadi anak (dianggap) Orang Kaya itu nggak enak. Disini Saya pake dalam kurung dianggap karena yang memberikan label 'Orang Kaya' pada orang tua adalah masyarakat sekitar, bukan Saya. Karena menurut Saya semua manusia itu sama dihadapan Tuhan, yang membedakan di dunia adalah 'bejo' sama 'ora bejo'. Dan Saya dan orang tua mungkin termasuk yang 'bejo' dalam hal materi. 

Ini lho alasan kenapa jadi anak (dianggap) orang kaya itu tidak enak

1. Harapan Tinggi Dari Keluarga
  • Semua orang dalam keluarganya terutama mami papinya adalah orang yang sukses di bidangnya, bahkan mereka rata-rata udah sukses di usia muda. Jadi wajar dong kalo ortu dan keluarga pengen dia juga sukses minimal sama dengan kesuksesan ortunya. 
  • Itu pasti jadi sesuatu yang membebani dan butuh kepercayaan diri dan usaha yang besar. Mereka merasa hidup nggak berarti kalau nggak sukses kayak mami papinya. 
Alhamdulillah Ayah dan Ibu Saya termasuk orang yang sukses di bidangnya. Jujur ini sangat membebani pikiran Saya. Seorang anak pasti dong berkiblat pada orang tuanya. Saat ini Saya merasa tidak dapat atau lebih tepatnya belum dapat menyamakan apa yang Saya raih dengan yang Ayah Ibu Saya raih (dalam hal ini mungkin berkaitan dengan prestise), meskipun teman-teman memandang Saya termasuk Wanita yang berpendidikan tinggi, berkarier bagus dan MAHAL (ahahahaha, entah kenapa Saya masih sakit hati dikatain MAHAL) namun Saya merasa Saya masih bukan apa-apa dan tidak ada apa-apanya. Mereka Saja yang Salah menilai.

2. Kurang dikenali secara Pribadi
  • Orang-orang pasti lebih kenal dirinya sebagai anak dari Bapak ato Ibu S yang super kaya di kampung, yang mobilnya 17 dan punya banyak perusahaan. Dia selalu berada di bayang-bayang ortunya yang kaya.
  • Apapun yang dilakuinnya pasti dianggap bakalan mudah wong anak orang kaya kok! Padahal bisa saja itu karena kerja kerasnya sendiri dan gak ada campur tangan ortunya. Tapi orang mana mau tau itu? Kalo pun dijelasin orang juga gak bakalan percaya.
That's Right. Ini pernah Saya alami ketika Saya berada di sebuah Kota kecil, dimana ibarat daun jatuh pun seantero kota bakal tahu. Alhamdulillah nama Ayah Ibu Saya termasuk diperhitungkan di sana. Itu sebabnya Saya tidak mau berkarir di Kota tersebut dan memilih menetap di kota besar, kota tempat kelahiran Saya setelah lulus kuliah, padahal Saya sempat membuka usaha kecil-kecilan lho di Kota X yang akhirnya Saya tinggalkan karena Saya ingin dikenal sebagai Saya bukan sebagai putra Bapak S Ibu E.

3. Susah mengukur keikhlasan Mereka yang dekat dengannya
  • Anak orang kaya udah terkenal banyak duit dan harusnya murah hati karena punya cukup banyak untuk dibagikan. Temen-temen yang ada di sekitar mereka jadi susah buat ngukurnya. Termasuk kalo ada yang berusaha jadi pacar. Susah ngukur motivasinya. Apa beneran suka atau suka duitnya aja. 
  • Mereka ini juga pengen disukai dan dicintai sebagai pribadi sebagaimana mereka adanya, terlepas dari uang yang ada di kantongnya. Tapi kita semua suka gak bisa ngebedain hal itu bukan? 
That's RightIni kenapa Saya selalu curiga pada kepada teman-teman Pria yang mendekati dan ingin menjadikan Saya sebagai pacar. Ini pula sebabnya Saya lebih memilih menetap di kota besar tempat kelahiran Saya dan pernah menolak fasilitas yang akan diberikan pada Saya. Cuma mau lihat siapa yang tulus dan siapa yang modus. 

4. Temen ngarep dibayarin.
  • Dimanapun dia berada dan ketemu temen-temen, dia suka bingung jika harus selalu ngebayarin belanjaan atau makan mereka. Dia seolah kas berjalan yang harus selalu siap dengan duit banyak, buat bayarin temen-temennya. Belum lagi barisan orang yang selalu minta traktiran, minta dibeliin oleh-oleh, minta dikasi hadiah, minta dibeliin inilah itulah.. padahal mereka ini juga seneng kalo ada yang traktir.
Ini kenapa Saya tidak pernah memulai 'mengajak jalan' teman-teman. Kalau Saya 'diajak' ayo.. ayo.. saja. Karena mohon maaf (bukan bermaksud menyinggung atau su'udzon), teman-teman di lingkungan Saya (terutama perempuan, laki juga ada tapi dikit) setiap Saya ajak selalu bilang 'bayari...' Kan Saya jadi males, padahal kalau Saya yang diajak Saya selalu berusaha merogoh kocek sendiri. Mereka pikir Saya bank apa, selalu ada uang huh...!!!

5. Orang pikir, Kaya berarti nggak pernah punya masalah
  • Anak orang kaya haram hukumnya buat galau dan susah, karena kaya itu identik dengan kesenangan, kebahagiaan dan kenyamanan, pokoknya gak boleh ada kata susah dalam kamusnya. Kenyataannya mereka ini juga manusia biasa kayak kamu dan saya, yang punya masalah. Meski punya banyak uang, kadang uang gak bisa nyelesein semua masalahnya. 
  • Saat mereka lagi galau semua orang gak percaya, seolah galau itu hanya dibuat-buat dan masalahnya juga diada-adakan. Apa sih yang harus digalauin orang kaya? Kan semua udah disediain?
Saat Saya galau karena lagi nggak punya uang karena lagi nganggur atau baru saja resign, teman-teman pasti mengatakan masa kamu nggak punya uang? kan naikmu mobil? Hellow.... apa iya mobil bisa jalan sendiri tanpa bensin? Untuk beli bensin memangnya bisa pake senyum, kan ya harus pake uang. Dapat uang darimana jika posisi tidak bekerja?
Kan online shop mu jalan. Heloww.... seberapa si pendapatan dari jualan itu. Buat beli bensin sekali saja langsung habis. Atau ketika Saya meminta lowongan pekerjaan pada teman, pasti pada bilang, aduh ga berani bayar direktur. Sepertinya mereka semua perlu ditutur dengan pitutur jaa kalau 'urip iku sawang sinawang, ojo mung nyawang sing kesawang.'

Jadi anak (dianggap) orang Kaya juga sering dibuat merasa bersalah, begitu banyak kecemburauan karena seperti saya bilang tadi kebetulan alias 'bejo' lahir di keluarga yang Alhamdulillah berkecukupan. Banyak kalimat-kalimat kecemburuan bahkan sampai dikatain MAHAL yang sering Saya dengar seperti, "kamu pasti nggak pernah ngerasain susahnya cari duit buat kuliah", "kalau aku jadi kamu aku pasti....bla..bla...bla.."

Hellow... Stop menjudge. Saya tidak pernah meminta Tuhan untuk dilahirkan di keluarga yang (dianggap) Kaya. Tuhan yang mentakdirkannya. Satu hal lagi, kaya itu bukan berarti bisa membeli segalanya. Justru orang kaya itu sangat berhati-hati mengeluarkan uangnya, bukan asal belanja, bukan asal memberi. Bukannya pelit lho ya.... Karena bagi mereka bagaimana uang yang mereka punya bisa diputar untuk menghasilkan yang lebih banyak. Sering ada di medsos-medsos, perbedaan orang Kaya dan yang pura-pura Kaya kan. Nah baca dulu deh....!!! 


No comments: